Mama KH. Muhammad Faqih

Mama KH Muhammad Faqih, Pendiri Pondok Pesantren Baitul Arqom

Kali ini penulis akan menceritakan perjalanan penulis ke Pesantren Baitul Arqom, yang berada di kampung Lembur Awi, KM.9 Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung.

Yaa, Pesantren Baitul Arqom merupakan pesantren yang telah lama berdiri, bisa disebut pesantren tua dan bersejarah, karena memiliki nilai historis perjuangan, baik pada saat jaman Penjajahan, maupun pada masa jaman Gerombolan DI/TII, Pesantren ini didirikan pada tahun 1922, sebelum organisasi Nahdlatul Ulama didirikan oleh Kiai Hasyim Asy’ari , dan jauh sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia di maklumatkan oleh Ir. Soekarno dan Moch. Hatta.

Pesantren yang didirikan oleh KH Muhammad Fakih ini, awalnya menisbatkan nama Pesantrennya dengan nama di mana Pesantren itu berada, yaitu Pesantren Lembur Awi, sesuai nama Kampungnya, dan pada proses perjalanan selanjutnya, barulah berganti nama pada masa KH. Ubaidillah selaku menantunya, sekitar tahun 1970, dengan dinamakan Baitul Arqom Al-Islamy.

Kiai Muhammad Faqih, atau biasa dipangil oleh masyarakat setempat dengan sebutan Mama Faqih, atau Mama Lembur Awi, merupakan Kiai yang kharismatik, kiai panutan, contoh teladan, yang banyak digambarkan sebagai pribadi yang alim dan berilmu, dengan pembawaan sifat dan karakter yang rendah hati, murah senyum, familier, bersifat mengayomi, dan sayang pada masyarakat di sekitarnya, hingga karena sifat kebapakannya itulah, maka ia dipanggil oleh masyarakat sekitarnya dengan sebutan,” Mama,” satu panggilan yang terbentuk, karena adanya faktor hubungan batin, dan adanya ikatan emosional, yang sangat begitu dekat, antara beliaunya dengan masyarakat Lembur Awi tersebut.

Kiai Muhammad Faqih, atau Mama Faqih, merupakan keturunan ke 7 yang nasabnya sampai pada Kanjeng Sunan Gunung Djati Cirebon, dan tersambung pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Sebutan “Mama” pada Kiai Muhammad Faqih Itu, merupakan sebutan kesayangan pada beliaunya oleh masyarakat setempat, sebab dari beliaunyalah masyarakat mendapatkan keteduhan ilmu, dididik menjadi manusia yang penuh ilmu, sehingga dari tangannyalah, banyak dilahirkan para ulama-ulama yang akhirnya terus membesarkan Syiar Islam ke seantero negeri ini.

Mama Kiai Faqih Lembur Awi, merupakan seorang Auliya pada masanya, dan amalan yang sudah menjadi kebiasaannya adalah, bila selesai sholat subuh, ia akan berdiam diri di masjidnya, bertafaqur, membaca Al Qur’an, berdzikir, sampai datangnya waktu Dhuha, dan setelah mengerjakan sholat Dhuha, maka iapun akan kembali ke rumahnya untuk sarapan pagi, sambil mengajak santri-santri yang ada disekitarnya untuk sarapan bersama.

Tutur kata Mama Faqih sangat lembut, bicaranya penuh wibawa, dan semua pasti mendengar apa dawuhnya, ia seorang yang kuat memegang prinsip, karakternya tak mengenal takut, dan itu bisa dibuktikan pada saat masyarakat lembur awi dan sekitarnya ketakutan serta pergi mengungsi, pada masa Penjajahan, maupun masa DI/TII, Mama Kiai Faqih malah terceritakan, dan membuat banyak orang salut akan keberaniannya, karena beliaunya malah, tetap berada di Pesantrennya, ia tak bergeming seperti lainnya pergi, dan tak surut Nyalinya.

Karomah Mama Kiai Faqih
Pintu Pesantren Lembur Awi selalu terbuka buat siapapun, dan itu malah jadi lokasi tujuan orang-orang berlindung mencari keselamatan diri. Maka ketika gangguan datang menghantui masyarakat Lembur Awi dengan masuknya gerombolan DI/TII, masyarakat berduyun-duyun masuk ke Pesantren, berlindung di sana, dan Mama Kiai Faqih membutakan penglihatan para gerombolan pemberontak DI/TII itu, sehingga mata para gerombolan itu merasa ia tak memasuki perkampungan, dan pesantren, tapi mereka merasa masuk ke dalam hutan lebat, dan ingin segera meninggalkan daerah itu.

Yang lainnya, adalah pada saat mama Kiai Faqih masih hidup dan tinggal di Pesantren, Pesantren dijauhkan dari banyak bencana dan kejahatan kaum gerombolan, yang sangat di takuti masyarakat wilayah Pacet, Kertasari dan sekitarnya, itu bisa tergambar bagaimana huruhara yang dilakukan para gerombolan dengan membakar banyak perkampungan, hingga bisa sampai masuk ke sebagian wilayah lembur awi, namun tak berefek ke Pesantren Lembur Awi sendiri pada saat itu, Pesantren kokoh berdiri, tidak terkena dampak dari ulah para gerombolan ini, padahal mereka para gerombolan tersebut, hampir tiap hari turun gunung mencari makan sambil meneror masyarakat yang dilaluinya, namun alhamdulillah tidak pernah sampai keangkaramurkaan itu, meneror Pesantren lembur Awi.

Mama Kiai Faqih lebih yang memiliki kesadaran membangun kwalitas manusia yang berilmu, dan berpendidikan, sehingga dengan kiprah pesantren yang ia dirikan, maka daerah sekitar pesantren menjadi daerah yang berkembang, maju, dan masyarakat merasa terayomi.

Maka tak heran, dari semula hanya berdiri Pesantren Baitul Arqom, lambat laun banyak bermunculan pesantren lainnya disekitar pesantren itu, hingga lembur awi bisa dikatakan sekarang ini lemburnya para santri.

Metode pengajian kitab yang diterapkan oleh Mama KH. Muhammad Faqih di Pesantren Lembur awi, tidak beda dengan Pesantren-pesantren Salafiyyah lainnya di Jawa Barat, yaitu menggunakan metode pengajaran Bandungan dan Sorogan, dengan berbagai disiplin Ilmu terutama Ilmu Nahwu,Shorof,Balaghoh,Mantiq,Fiqh, Tafsir,Hadits,Kalam dan lainnya.

Dan hal yang masih dipertahankan hingga kini adalah, di samping pengajian khusus untuk para santri, diadakan juga pengajian Majlis Ta’lim untuk Masyarakat, seperti untuk Ibu – Ibu dan Bapak – Bapak,yang mana Pengajian Ibu – Ibu dilaksanakan pada hari Minggu pagi, sedangkan pengajian Bapak – Bapak diadakan pada hari Sabtu siangnya.

Pada tahun 1964. Mama KH. Muhammad Faqih berpulang ke Rahmatulloh.
Pelanjut tongkat estafet kepemimpinan Pesantren Lembur Awipun dipegang oleh Mama KH Muhammad Faqih, sebagai menantunya,.

Kini Pesantren Lembur Awi, telah banyak dikenal namanya dengan sebutan Pesantren BAITUL ARQOM AL-ISLAMI, santrinya terus bertambah dari tahun ke tahun, begutupun bagunan Pesantrennya, tinggi kokoh bagaikan benteng kuat yang siap menjadi basis kekuatan umat. Dari Pesantren bersejarah inilah, akan terus terlahir generasi-generasi penerus Mama Kiai Faqih berikutnya, Alhamdulillah.

Dikutip dari LTNUJabar / Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top